BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan
manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah area, mereka tidak hanya
memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya alam seperti air dan
hutan yang terkandung di dalamnya. Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada umunya
orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat alasan
utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “Interconnected Space” yang
memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber
daya alam juga memiliki aspek “Social Space” yang menghasilkan
hubungan-hubungan tertentu diantara para pelaku. Selain itu sumber daya alam
bisa menjadi langka atau hilang sama sekali terkait dengan perubahan
lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak merata. Yang terakhir,
sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol bagi orang
atau kelompok tertentu.
Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak
terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan
masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan konflik biasanya bisa
diselesaikan tanpa kekerasaan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik
bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat.
Dalam setiap kelompok social selalu
ada benih-benih pertentangan antara individudan individu, kelompok dan
kelompok, individu atau kelompok dengan pemerintah. Pertentangan ini biasanya
berbentuk non fisik. Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan
dan tidak berbentuk kekerasaan. Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu
configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari konflik sosial?
2.
Ada berapa jenis konflik sosial?
3.
Faktor faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya
konflik sosial?
4.
Bagaimana cara penanggulangan dan penanganan konflik
sosial?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian konflik sosial.
2.
Untuk mengeahui jenis konflik sosial.
3.
Untuk mengeahui faktor faktor yang menyebabkan
terjadinya konflik.
4.
Untuk mengetahui cara penanggulangan dan penanganan
konflik sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
konflik sosial
Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang
berarti saling memukul, yang dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu
bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat
yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling
menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya
dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang relatif sama terhadap hal
yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga
menimbulkan suatu benturan-benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam
skala besar.
Berikut ini beberapa
pendapat ahli tentang pengertia konflik :
1. Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan ada pula yang negative didalam interaksi manusia.
2. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hany memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
3. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
B.
Jenis
konflik sosial
Sebagaimana
yang telah diungkapkan, bahwa munculnya konflik dikarenakan adanya perbedaan
dan keragaman. Berkaca dari pernyataan tersebut, Indonesia adalah salah satu
negara yang berpotensi konflik. Lihat saja berita-berita di media massa,
berbagai konflik terjadi di Indonesia baik konflik horizontal maupun vertikal.
Konflik horizontal menunjuk pada konflik yang berkembang di antara anggota
masyarakat. Yang termasuk dalam konflik horizontal adalah konflik yang
bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan seperti di Papua, Poso, Sambas,
dan Sampit.
Sedangkan konflik
vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara. Umumnya
konflik ini terjadi karena
ketidakpuasan akan cara kerja pemerintah. Seperti konflik dengan para buruh,
konflik Aceh, serta daerah-daerah yang muncul gerakan separatisme.
Namun,
dalam kenyataannya ditemukan banyak konflik dengan bentuk dan jenis yang
beragam. Soerjono Soekanto (1989:90) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan
jenis-jenis konflik tersebut.
Menurut Soerjono Soekanto, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:
1. Konflik Pribadi
Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang
lain. Umumnya konflik pribadi diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain,
yang pada akhirnya melahirkan perasaan benci yang mendalam. Perasaan ini
mendorong tersebut untuk memaki, menghina, bahkan memusnahkan pihak lawan. Pada
dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat.
2. Konflik Rasial
Konfilk
rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras.
Lantas, apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan pengelompokan manusia
berdasarkan ciri-ciri biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna
kulit, dan warna rambut. Secara umum ras di dunia dikelompokkan menjadi lima
ras, yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid, Negroid, dan ras-ras khusus. Hal
ini berarti kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga jika perbedaan
antarras dipertajam.
3. Konflik Antarkelas Sosial
Terjadinya
kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai, seperti
kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan. Kesemua itu menjadi dasar penempatan seseorang
dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas sosial atas, menengah, dan bawah.
Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar menempati posisi
atas, sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan berada pada
posisi bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan kewajiban serta kepentingan
yang berbeda-beda. Jika perbedaan ini tidak dapat terjembatani, maka situasi
kondisi tersebut mampu memicu munculnya konflik rasial.
4. Konflik Politik Antargolongan dalam Satu Masyarakat maupun antara Negara-Negara
yang Berdaulat
Dunia
perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik adalah cara
bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik
terjadi karena setiap golongan di masyarakat melakukan politik yang
berbeda-beda pada saat menghadapi suatu masalah yang sama. Karena perbedaan
inilah, maka peluang terjadinya konflik antargolongan terbuka lebar. Contoh
rencana undang-undang pornoaksi dan pornografi sedang diulas, masyarakat
Indonesia terbelah menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara
kelompok masyarakat yang setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.
5. Konflik Bersifat Internasional
Konflik internasional
biasanya terjadi karena perbedaanperbedaan kepentingan di mana menyangkut
kedaulatan negara yang saling berkonflik. Karena mencakup suatu negara, maka
akibat konflik ini dirasakan oleh seluruh rakyat dalam suatu negara. Apabila
kita mau merenungkan sejenak, pada umumnya konflik internasional selalu
berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan pada akhirnya menimbulkan perang
antarbangsa.
C. Faktor
penyebab timbulnya konflik sosial
Banyak
orang berpendapat bahwa konflik terjadi karena adanya perebutan sesuatu yang
jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya
ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas
bawah. Selain itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan,
kebutuhan, dan tujuan dari masing masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono
Soekanto mengemukakan bahwa sebab-sebab terjadinya konflik antara lain
sebagai berikut :
1.
Perbedaan
Antar perorangan
Perbedaan
ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini
mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak
pernah ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan
inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab
dalam menjalani sebuah pola Interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan
dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama
kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu kesempatan, ada temanmu
yang mencoba untuk mengacaukan jalannya diskusi dengan menanyakan hal-hal yang
sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut. Kamu yang bertindak
selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba meluruskan pertanyaan untuk
kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi menganggap
kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan. Perbedaan pandangan
dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci yang apabila
tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2.
Perbedaan
Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain.
Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan
menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan
menimbulkan terjadinya konflik sosial. Contohnya seseorang yang dibesarkan pada
lingkungan kebudayaan yang bersifat individualis dihadapkan pada pergaulan
kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami kesulitan apabila suatu saat
ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan dia akan
melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya
menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh
kelompok besar dan yang pasti kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai
kesepakatan bersama. Padahal dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan
bersama. Di sinilah letak timbulnya pertentangan yang disebabkan perbedaan
kebudayaan.
Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki
kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut
tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan
diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang
tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan
penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
3. Bentrokan
Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu Sejagat’ atau ‘Miss Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran (bangsa Indonesia).
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat
banyak yang kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap
perubahan tersebut.
D. Penanggulangan dan penanganan konflik sosial
Pendekatan
penanggulangan dan penanganan konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua
dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan
menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian
konflik ialah :
1.Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2.Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3.Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4.Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5.Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
Adapun cara-cara untuk memecahkan konflik adalah :
1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak
yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain :
kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak
yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain
menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang
memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan
melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas
yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok
minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja
sama dengan kelompok mayoritas.
5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh
pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan
mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang
memaksa semua pihak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konflik Sosial adalah
Pertentangan antar anggota atau antar kelompok dalam masyarakat yang sifatnya
menyeluruh, yang di sebabkan oleh adanya beberapa
perbedaan.Diantaranya,Individu, Pola Budaya,Status Sosial,Kepentingan dan
Terjadinya perubahan sosial.
B.
Saran
Agar supaya konflik tersebut tidak
menimbulkan disintegrasi dalam masyarakat, maka diperlukan upaya-upaya untuk
mengatasi konflik sosial yang terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://blog.komputerbutut.com/campuran/menyelesaikan-permasalahan-konflik-sosial.php
Komentar
Posting Komentar